Tahun politik 2019 telah berakhir dua hari yang lalu. Hari ini adalah hari yang baru. Tahun baru adalah tahun yang penuh tantangan dan harapan. Penuh tantangan karena ke depan, bangsa ini akan banyak menghadapi banyak persoalan, seperti ancaman resesi ekonomi, stabilitas politik dan keamanan. Dan juga problem-problem lain yang akan siap menghadang.
Di hari kedua bulan pertama tahun 2020 ini. Republik ini harus terus memupuk harapan. Harapan agar negara ini mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kebangsaan dan harapan kesejahteraan bagi warganya.
Tahun baru kali ini memang agak menyesakkan dada. Akibat hujan yang bercurah tinggi dan karena kiriman air dari daerah Bogor, Jakarta, dan sekitarnya mengalami kebanjiran. Masyarakat Jabodetabek yang harusnya menikmati tahun baru 2020 dengan happy malah bencana dan musibah menghampiri.
Banjir merupakan persoalan ibukota yang terjadi hampir setiap tahun. Jakarta terendam banjir bukan hanya sekarang melainkan sudah terjadi sejak zaman Belanda menjajah Indonesia. Namun banjir saat ini merupakan salah satu banjir terparah dan terbesar yang menyerang ibu kota Jakarta.
Banjir itu bukan hanya persoalan bencana. Bukan pula sekadar persoalan sosial. Tetapi juga berkelindan dengan politik. Ada persoalan politik dalam terjadinya banjir. Karena banjir itu juga soal kebijakan. Banjir juga soal keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Oleh karena itu, tidak heran jika ada Gubernur yang sukses menangani banjir ia akan disanjung setinggi langit. Namun sebaliknya, bagi Gubernur yang gagal mengatasi banjir, maka akan mendapatkan caci-maki dan sumpah serapah dari masyarakat.
Bagi Gubernur yang sukses mengatasi banjir, maka karier politiknya bisa melejit dan bisa menjadi politisi yang berpotensi menjadi calon presiden yang diperhitungkan. Namun bagi Gubernur yang gagal menyelesaikan persoalan banjir, akan menjadi bulan-bulanan warga, jika Pilkada lagi rentan tak terpilih, apalagi untuk mengejar menjadi capres akan semakin sulit.
Banjir Jakarta sesungguhnya merupakan ujian kita semua. Bukan hanya tanggung jawab Gubernur semata. Pemerintah pusat bertanggung jawab, warga Jakarta bertanggung jawab. Anies juga bertanggung jawab.
Jadi, hujan yang kemarin mengguyur Jabodetabek bukanlah kuasa manusia. Itu kuasa Tuhan. Kuasa Allah SWT. Dan manusia tak bisa menghentikan hujan. Yang bisa dilakukan Gubernur menanggulangi bencana yang diakibatkan hujan.
Namun bencana yang diakibatkan hujan, sejatinya harus bisa diantisipasi jauh-jauh hari. Harus sedia payung sebelum hujan. Diantisipasi sebelum terjadi banjir. Dilakukan pembenahan lingkungan sebelum kejadian.
Banjir merupakan bencana yang sesungguhnya bisa diantisipasi dan diatasi. Banjir bisa menjadi aliran politik yang bisa menghancurkan Anies jika Anies tak bisa mengatasinya. Banjir juga bisa menjulangkan nama Anies jika Anies sanggup dan sukses menyelesaikan persoalan banjir dengan cepat.
Banjir juga bisa menjadi longsor dan tsunami politik bagi Anies, jika Anies tak mampu bekerja dengan baik. Aliran banjir akan menerpa Anies jika Anies tak siap dan sigap dalam menyelesaikan persoalan banjir secara elegan.
Pembenci Anies tentu senang jika Anies gagal dalam menangani persoalan banjir. Bagi lawan politik Anies, banjir saat ini adalah momentum untuk menyerang dan menjatuhkan kredibilitas Anies di mata publik.
Walaupun tahun baru warga Jabodetabek dan daerah lainnya terkena bencana banjir, namun kita semua tak boleh kehilangan harapan. Bencana boleh menerpa namun harapan harus tetap terjaga. Harapan tak boleh hilang, walaupun langit akan runtuh.
Kita boleh saja tertimpa banjir, tergerus masalah, terhempit persoalan hidup, terluka oleh cinta. Tertekan oleh kehidupan. Namun kita harus kuat, Harus tetap optimis. Harus menjaga dan menumbuhkan harapan.
Kita boleh kehilangan apapun di dunia ini. Namun kita tidak boleh kehilangan harapan. Harapanlah yang akan membuat kita tetap hidup, bergerak, dan melakukan tindakan-tindakan yang mencengangkan.
Bangsa ini butuh orang-orang yang secara naluriah dapat menjaga optimisme dan harapan. Tahun baru adalah tahun penuh harapan. Tahun 2020 yang akan membentang ke depan adalah tahun-tahun penuh harapan. Dan jangan lukai dan bunuh harapan, dengan manuver politik kerdil dan licik yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Secara politik, tahun 2020 masih akan membentang di depan. Tahun politik 2019 memang sudah berakhir. Namun kita akan menghadapi tahun Pilkada 2020. Di tahun 2020 ini politik nasional akan stabil. Karena Prabowo dan Gerindra sudah masuk koalisi Jokowi.
Otomatis pemerintahan Jokowi sangat dominan, tahun 2020 akan aman. Namun Jokowi harus tetap waspada, karena gangguan itu datangnya bukan dari oposisi dan pihak luar. Tetapi akan datang dari internal koalisi Jokowi.
Kekecewaan partai-partai internal koalisi Jokowi lah yang akan menjadikan politik 2020 tidak stabil. Musuh Jokowi bukanlah kaum oposan dan pihak luar. Tapi musuh Jokowi bisa datang dari internal. Karena yang lebih tahu kelemahan Jokowi adalah kalangan internal Jokowi.
Semoga tahun 2020 ini menjadi momentum dalam memperbaiki bangsa. Jangan tutup kasus penyiraman Novel Baswedan. Jangan lupakan kasus Mega korupsi Jiwasraya. Dan jangan lupakan revisi UU KPK yang telah melemahkan dan membunuh KPK.
Tahun 2020 merupakan tahun untuk introspeksi diri sebagai pribadi dan sebagai bangsa. Jika di 2019 banyak kejadian yang tak mengenakan, maka lupakan. Kepergian tahun 2019 bukan untuk ditangisi dan diratapi. Tetapi harus menjadi lembaran baru di tahun 2020 untuk menatap masa depan yang cemerlang dan gemilang. ( Ujang Komarudin )