祸兮福所倚,福兮祸所伏—— 出自《老子》

Setiap bencana akan disusul dengan kebaikan, begitupula kebahagiaan akan selalu diiringi dengan keburukan (Lao Zi).

Ada yang berbeda di Ramadhan tahun ini. Masjid sepi, jalanan banyak yang ditutup, geliat ekonomi di pasar-pasar juadah juga menurun aktivitasnya. Sejak virus Corona (Covid-19) mulai merebak awal Maret lalu di Indonesia, gaya hidup kita pun perlahan-lahan ‘diubah secara paksa’. Menjaga jarak fisik, memakai masker, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan, bahkan harus belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Kita yang sering dibuat tak berkutik dengan padat dan macetnya lalu lintas ibukota, kini malah ‘terkurung’ di dalam rumah kita sendiri.

Meskipun pada awalnya disambut dengan bahagia karena dapat rebahan lebih lama, namun lambat laun kebiasaan baru ini menjadi sangat amat membosankan. Bagaimana tidak, kita yang sehari-harinya selepas jam kuliah atau kerja sering mampir dulu nongkrong di warung kopi, atau ke mall sekedar untuk membeli skin care, kini hanya bisa bolak-balik kamar-ruang tamu-dapur-toilet, balik lagi ke kamar-dapur-toilet, begitu setiap harinya. Belum lagi untuk orang-orang yang menyandang status ‘anak kos’, ruang lingkup pergerakan mereka lebih sempit lagi, kamar-toilet-kamar-toilet-kamar. Saat persediaan bahan makanan di rumah sudah benar-benar habis atau mendapat giliran shift kerja di kantor, kita memberanikan diri untuk keluar, itupun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang dianjurkan sebagai satu-satunya cara untuk melindungi diri dari‘makhluk tak kasat mata’ bernama Corona ini.

Namun, kita semua tahu bahwa hal apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita, selalu datang dengan sisi baik dan buruknya. Selalu ada hikmah atas ujian yang kini tengah menerpa. Boleh jadi wabah corona Allah datangkan untuk memberi waktu bagi bumi untuk rehat sejenak, dari kerusakan-kerusakan yang sengaja atau tidak diperbuat oleh tangan-tangan manusia setiap harinya. Boleh jadi adanya Corona untuk mengingatkan kita akan kewajiban patuh pada pemimpin dengan tujuan kemaslahatan ummat, menjaga kebersihan diri dan membuat jarak demi melindungi sesama. Boleh jadi Corona hadir untuk meningkatkan rasa tenggang rasa, simpati, dan keikhlasan yang lebih besar lagi untuk menolong saudara-saudara kita yang kekurangan dan juga yang terdampak PHK atau dirumahkan yang membuat hidup mereka kian sulit. Boleh jadi pula Corona menjadi sebab bagi Allah untuk menyadarkan kita betapa tempat ternyaman untuk kembali namun selama ini sering terlupa untuk kita syukuri adalah : KELUARGA.

Ramadhan tahun ini, begitu istimewa, begitu berarti. Kita diberi waktu lebih banyak untuk melihat dan merenung lebih dalam paras wajah orang tua kita, wajah-wajah yang dahulu berjuang setengah mati untuk mencari nafkah, mendidik dan membesarkan kita. Sudah berapa lama kita tak menyadari kerut di wajah mereka yang kian bertambah, rambut mereka yang kian memutih, ingatan dan kesehatan mereka yang juga tak sebaik dulu lagi? Kita juga memiliki waktu lebih untuk melihat wajah suami/istri kita. Lihatlah lebih dalam bagaimana wajah suami yang sering pulang malam dalam keadaan lelah, berjibaku dengan pekerjaan yang tiada habisnya demi membiayai kehidupan sehari-hari dan melunasi serentetan cicilan  yang masih beberapa tahun lagi. Lihatlah wajah teduh istri yang merelakan ego dan karirnya demi menemani dan mendidik buah hati dan mendampingimu dalam perjalanan menggapai mimpi. Lihat pula wajah ceria anak-anakmu, duplikat dirimu yang sejak mereka kecil selalu kau pupuk dengan harapan masa depan yang cerah melalui berbagai program asuransi. Selama ini kita mungkin terlalu sibuk dengan rutinitas yang melelahkan di luar, hingga saat tiba di rumah hanya wajah lelah yang kita bawa. Kita sedang diberi waktu untuk lebih lama bercengkerama, bercanda dan beribadah bersama-sama, menerapkan kembali value-value yang dulu pernah terlintas dalam benak kita, namun terlupakan karena kesibukan dunia.

Ramadhan kali ini memang berbeda, namun terasa lebih berarti. Setelah sekian banyak Ramadhan kita lalui dengan sibuk menghadiri reuni dan undangan ngabuburit sana sini, yang sering membuat kita lalai melakukan sholat tarawih dan membaca kitab suci. Di Ramadhan kali ini, Allah memberi kita waktu untuk bersyukur lebih banyak, bersujud lebih lama, berdzikir lebih panjang, serta berbagi lebih sering.

Semoga kita mampu melalui ujian ini dengan hati yang sabar dan lapang agar pertolongan Allah segera datang. Semoga ketika pintu langit dibuka, ampunan diberikan, ujian disempurnakan, kita semua terlahir kembali sebagai jiwa-jiwa yang lebih bijak, lebih tangguh dan lebih takwa.

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) .

Nanda Lailatul Qadriani

Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok

Universitas Al Azhar Indonesia