Jum’at 15 Nopember 2019, Bertempat di Ruang Auditorium Arifin Panigoro Universitas Al Azhar Indonesia, Direktorat Etika, Kebangsaan dan Ke Al Azhar an (DEKK) Universitas Al Azhar Indonesia mengadakan acara Nonton Bareng (NOBAR) film Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto. Acara yang bertema kebangsaan ini dibuka oleh Dr. Nita Noriko, MS (Wakil Rektor III Universitas Al Azhar Indonesia) serta menghadirkan narasumber, Dr. Fokky Fuad, S.H., M.Hum. dan Nurul Robbi Sepang, S.IP., M.Si, yang memaparkan pemikiran nilai-nilai kebangsaan tokoh nasional Tjokroaminoto.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Muhammad Rusdi, Fokky dalam pemaparannya menjelaskan bahwa “Gerakan H.O.S Tjokroaminoto merupakan salah satu pintu utama munculnya gagasan semangat nasionalime Indonesia yang saat itu lebih mengedepankan “perang fisik”. “Kenapa dikatakan seperti itu ?” karena bentuk perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Hindia Belanda saat itu, lebih diwujudkan dalam bentuk kekerasan bersenjata.
Dalam tulisan yang dibuat oleh beberapa penulis Belanda, dikatakan bahwa Nasionalisme pertama di Indonesia itu digagas oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda. Ternyata pendapat itu tidak tepat 100%, justru Nasionalnisme itu dimunculkan oleh Tjoroaminoto dan juga Soekarno (ketika itu) yang keduanya tidak pernah kuliah di Belanda.
Pada paparannya juga,Fokky menjelaskan Tjokroaminoto dan H. Samanhudi adalah penggagas Nasionalisme yang lebih dahulu dibandingkan dengan Boedi Oetomo. Jika disebutkan perjuangan organisasi pertama kali oleh Boedi Oetomo dan sebagai penggagas pertama semangat kebangsaan adalah Boedi Oetomo, itu versi belanda yang kita bawa hingga saat ini.
Sejarah membuktikan bahwa penggagas utama berdirinya organisasi pertama kali itu adalah H. Samanhudi dan Tjokroaminoto, yaitu dengan mendirikan organisai yang bernama Syarekat Dagang Islam yang berdiri pada tahun 1905 yang ini menjadi cikal bagi kebangkitan semangat Nasionelisme Indonesia, sedangkan Boedi Oetomo berdiri 3 tahun kemudian yaitu pada tahun 1908. Syarekat Dagang Islam itu awalnya adalah kumpulan dari pedagang-pedagang batik di Lawean Solo dan Pekalongan,
Kenapa Syarekat Dagang Islam?
Ini yang menarik, Islam itu dijadikan sebagai salah satu sumber semangat tumbuhnya kemerdekaan dan semangat nasionalisme, dalam gagasan Tjokroaminoto Islam itu harus diwujudkan dalam bentuk perjuangan sosial dan membangun suatu Negara.
Tjokroaminto merubah nama Syarikat Dagang Islam menjadi Syarikat Islam seiring dengan semakin banyaknya pengikut organisasi ini yang tidak terbatas dari kalangan pedagang saja.
Pada akhir pembahasannya Fokky mengatakan “kita bisa melihat bagaimana seorang Tjokoroaminoto mampu menjadi orang pertama (di Asia Tenggara) yang mampu memberi semangat nasional untuk menjadikan sebuah negara yang merdeka, mungkin kalau tidak ada beliau Indonesia masih ada dalam kegelapan atau masih dalam penindasan penjajah”.
Sedangkan Nurul Robbi Sepang yang merupakan cicit dari anak ke-2 H.O.S Tjokroaminoto (dari keluarga Anwar Tjokroaminoto) dalam inti pemaparannya mengatakan “Pendidikan adalah hal penting untuk menghindari adanya suatu penindasan/penjajahan oleh bangsa lain”.
Hadir pada acara tersebut para dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan mata kuliah Kewarganegaraan,beberapa tamu undangan dan mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia yang mengambil mata kuliah Pendidikan Pancasila dan mata kuliah Kewarganegaraan
Acara ini ditutup dengan penyerahan cindera mata kepada para narasumber oleh Direktur Etika, Kebangsaan dan Ke Al Azhar an (DEKK) Universitas Al Azhar Indonesia dan diakhiri dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri yang diikuti oleh semua hadirin. Diharapkan kegiatan ini bisa menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan bela negara mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia untuk tetap kritis, namun tetap mengedepankan nilai-nilai etika/adab dalam menyikapi permasalahan sosial dan politik yang terjadi saat ini. (DEKK UAI)