Jakarta (27/09) – Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) menggelar acara “Bedah Buku: Refleksi Pemikiran Islam Mohammad Natsir Arsitek NKRI” yang ditulis oleh M.Natsir Zubaidi pada 26 September 2019 di Ruang Serbaguna Lt.2 Universitas Al Azhar Indonesia. Acara yang dimulai pada pukul 09.00 ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa tentang pemikiran Islam.
Dengan dihadiri oleh Rektor UAI, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., Heri Herdiawanto, S.Pd., M.Si. selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, M.H., Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang kini merupakan anggota DPD terpilih, sekaligus selaku ketua Pembina YPI Al Azhar , Rizal Adhitya Hidayat, MM. selaku Kepala Program Studi Hubungan Internasional, dan Dr. Ujang Komarudin, M.Si. yang merupakan pengamat politik UAI serta Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), acara ini berlangsung dengan lancar. Dr. Ujang Komarudin, M.Si., sendiri menjadi Narasumber acara ini, pernah menjabat sebagai staf ahli DPR RI tahun 2011-2015 dan menjadi Staf Khusus Ketua DPR RI tahun 2016.
Dalam buku yang ditulis oleh M.Natsir ini berfokus pada bidang agama dan filsafat, politik kenegaraan, pendidikan Islam, dak’wah dan pembinaan umat, kebudayaan, dan politik internasional dan dunia Islam. Buku tersebut juga menjelaskan kondisi Islam dan Indonesia pada saat itu. Baginya, Indonesia merupakan rumah besar seluruh rakyat Indonesia, rumah besar umat Islam. Tokoh Masyumi yang pernah menjabat sebagai menteri penerangan dan perdana menteri ini berpendapat bahwa umat Islam tidak harus mendirikan negara Islam, yang terpenting ialah implementasi nilai-nilai Islam dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Ia tidak ingin Indonesia menjadi terpecah karena dijadikan negara Islam meskipun dirinya memegang kuat nilai-nilai Islam.
Tak hanya menjadi ulama dan guru ngaji, Natsir juga merupakan pemimpin yang memiliki integritas yang tinggi. Soekarno pernah mengatakan meskipun Natsir dan dirinya sering berbeda pendapat, namun Natsir memiliki kejujuran yang sangat tinggi. Natsir pernah menolak pemberian hadiah dari Raja Faisal dan justru membagi-bagikan hadiah tersebut kepada para mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Saudi Arabia.
Melalui acara bedah buku ini, Natsir berpesan untuk selalu menjaga dan memperkuat tiga fondasi, yaitu masjid, pesantren, dan kampus. Dengan ketiga fondasi ini lah peradaban Islam akan muncul.