Jakarta (15/08) – Dalam rangka memperingati Hari Teknologi Nasional ke-25 sekaligus Milad Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ke-20, Pusat Pengkajian Strategi Nusantara (PPSN) bekerjasama dengan UAI untuk menyelenggarakan Webinar Sarasehan melalui zoom meeting. Acara yang diselenggarakan pada Sabtu, 15 Agustus 2020 ini mengangkat tema “Menatap Masa Depan Riset dan Kemajuan Teknologi Indonesia.”
Kebutuhan akan teknologi semakin melonjak sejak adanya pandemi. Segala hal dilakukan dengan menggunakan teknologi atau secara virtual. Namun sayangnya, belum banyak inovasi teknologi yang ada di Indonesia, tak seperti negara maju lainnya. Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D, M, Mensitek, Kepala BRIN mengatakan bahwa ia berharap ekonomi Indonesia dapat dijadikan ekonomi berbasis inovasi dan teknologi.
Ia mencontohkan negara Swedia yang menciptakan dan menemukan Spotify serta Bluetooth. Menurutnya, Indonesia sudah punya modal untuk menjadi negara maju, namun inovasinya masih terpaku pada sumber daya alam.
“Indonesia masih bersifat ekstraktif dimana hanya mengambil sumber daya yang ada,” ujarnya saat memaparkan materi.
Bambang membeberkan penggerak utama dari kemajuan ekonomi ialah tingginya produktivitas, kemajuan inovasi, dan peningkatan pendapatan riil. Menristek/BRIN memanfaatkan pandemi ini untuk mendukung penciptaan inovasi. Salah satunya dengan terwujudnya peluncuran 61 Produk Riset Inovasi Covid-19, termasuk Powered Air Purifying Respiartor karya tim dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UAI.
Dalam pemaparannya ia juga menambahkan potensial Indonesia melalui dukungan teknologi, yaitu melalui fintech, urban planning, energi, e-commerce, kesehatan, dan manufacturing. Diharapkan inovasi teknologi dapat mendorong Indonesia menempati peringkat ke-7 ekonomi tertinggi di dunia pada 2030.
Pada penghujung materi acara, Prof. dr. Fasli Jalal, Sp. GK., Ph.D, Rektor Universitas Yarsi memberikan berbagai usul untuk kemajuan riset dan inovasi di Indonesia. Menurutnya pendidikan tinggi perlu disinergikan dengan kegiatan riset, sebab sejatinya basis pembelajaran ada pada kegiatan riset. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2011 ini juga menyebutkan perlu adanya pemetaan potensi di semua lembaga riset secara mendetail. Tak hanya itu, penting pula untuk memberikan insentif yang lebih jelas agar kerja sama antar lembaga dapat terlaksana.
“Ini untuk memungkinkan periet yang mempunyai dana tunggal untuk menggabungkan dananya dengan periset lain dan dari lembaga lain,” ucapnya.